komunikasi terapeutik




KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PENDAHULUAN
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain:  berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.

A. Pengertian komunikasi 
     istilah komunikasi berasal dari  bahasa inggris yaitu"communication". kata   communication itu sendiri berasal dari bahasa latin "communication" yang artinya pemberitahuan dan pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya( suryani,2005)
    
         ada beberpa ahli yang mendefinisikan pengertian komunikasi  diantaranya : 
  •   McCubbin dan dahl (1985)  : komunikasi merupakan sebagai suatu proses tukar menukar  perasaan , keinginan, kebutuhan dan pendapat. 
  •  taylor, dkk (1993) : komunikasi merupakan pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.    
B.Pengertian komunikasi terapeutik
    terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( as hornby dalam intan, 2005).maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses  penyembuhan / pemulihan pasien. komunikasi terapeutik merupakan  komunikasi profesional bagi perawat.


C. Tujuan dari komunikasi terapeutik 
     ada beberapa tujuan komunikasi terapeutik antara lain :
     1. membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan pasien  dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya bila ada hal yang diperlukan.
      2. mengurangi keraguan  dan membantu dalam hal pengambilan tindakan.
      3. mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri..    

D.syarat-syarat komunikasi terapeutik


     Syarat- syarat komunikasi terapeutik
Stuart dan sundeen ( dalam christina, dkk, 2003) mengatakan ada dua persyaratan dasar  untuk  komunikasi terapeutik efektif:
  1.semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberian maupun penerima pesan
  2. komunikasi  yang menciptakan saling pengertian harus dilakuka terlebih dahulu sebelum memberi saran, informasi maupun masukan .
  Persyaratan –persyaratan  untuk komunikasi terapeutik  ini  dibutuhkan untuk membentuk hubungan perawat – klien   sehingga klien memungkinkan untuk mengimplementasikan  proses keperawatan .


E. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang  konstruktif  diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai  tujuan  untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini;
  1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,  didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar  hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang  bermartabat (Dult-Battey,2004).
  2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami  perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan  keunikan setiap individu.
  3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima  pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
  4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai  terlebih dahulu sebelum menggali  permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan  masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

 G. Tahapan Komunikasi Terapeutik



Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.
Sikap Komunikasi Terapeutik
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1. Berhadapan
Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.

2.Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.

4. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

H.  Tekhnik-tekhnik komunikasi terapeutik
  
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, tekhnik ini sering digunakan pada tahap orientasi.

2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat, Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi, Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).

4. Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan
terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005).

8. Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan.

9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawatklien. Tekhnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).

10. Mengubah cara pandang
Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Jadi dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan harga dirinya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi persepsi
Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respon verbal dan respon nonverbal klien, dan untuk selanjutnya menyamakan persepsi yang berbeda itu.

13. Mengidentifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Menurut Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005, mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.

12. Memberikan pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Semua orang pasti senang ketika mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan pasien yang mendaptkan pujian dari perawat.

KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
   

DAFTAR PUSTAKA

Siti sundari, HS.(2005).kesehatan mental dalam kehidupanjakarta: rineka cipta

stevens, P.J.M.bordui,F.& van der weyde,jag. (1999).ilmu keperawatan.alih bahasa: J.A Tomasowa.jakarta : EGC

Suryani.(2005).komunikasi terapeutik : teori dan praktek.jakarta : EGC.

Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Pocket guide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book

Komentar

Postingan Populer